Rabu, 28 Oktober 2009

KOTA KEPANJEN



Kepanjen adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berada di sebelah selatan Kota Malang, dan dilintasi jalur Surabaya-Malang-Blitar. Kepanjen kini merupakan ibukota dan pusat pemerintahan Kabupaten Malang. Antara Malang-Kepanjen juga dilayani dengan sarana transportasi Kereta komuter.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2008 tentang Persetujuan Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang ke Kecamatan Kepanjen merupakan ruh awal berdirinya ibukota baru. Proses panjang penetapan Kepanjen sebagai Ibukota diawali usulan Bupati Malang dengan surat Nomor 135.7/093/421.202/2007 tanggal 17 Januari 2007 kepada Ketua DPRD Kabupaten Malang. Usulan itu diperkuat persetujuan dari DPRD Kabupaten Malang berdasarkan Keputusan Nomor 3 Tahun 2007 tanggal 12 Maret 2007.

Kepanjen terdiri dari 14 Desa dan 4 Kelurahan.
1. Ardirejo (Kelurahan)
2. Cepokomulyo (Kelurahan)
3. Curungrejo
4. Kedung Pedaringan
5. Kepanjen (Kelurahan)
6. Mangunrejo
7. Mojosari
8. Ngadilangkung
9. Panggungrejo
10. Penarukan (Kelurahan)
11. Sengguruh
12. Sukoraharjo
13. Talangagung


Gerbang Kota Kepanjen



Pintu Gerbang Perbatasan Sebelah Utara Kota Kepanjen di Jalan Panglima Sudirman, Kepanjen



Pintu Gerbang Perbatasan Sebelah Barat Kota Kepanjen

Akses Kota Panjen



Jembatan Baru Metro adalah jembatan yang berada sejajar di sebelah selatan Jembatan Lama Metro dan dipergunakan untuk satu jalur lalu lintas kendaraan dari arah Jalan Kawi ke Jalan Raya Talangagung. Jembatan yang diresmikan pada tahun 1994 ini dibangun karena jembatan lama dirasa kurang bisa menampung jumlah kendaraan yang terus bertambah.

Dibeberapa tepian jalan raya terdapat halte bus yang ditata sedemikian rupa menjadikan angkutan umum menjadi teratur.

Seperti yang kita ketahui bersama, sebagai Ibukota Kabupaten Malang, Kepanjen terus berbenah diri. Pembangunan sarana dan prasarana terus berlanjut hingga saat ini. Beberapa waktu yang lalu, salah satu pembangunan prasarana yang membuat Kepanjen terlihat berbeda adalah pembangunan trotoar di setiap ruas jalan.



Di daerah kepanjen juga terdapat lintas jalur kereta api sebagai fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai alat transportasi menuju kota-kota atau wilayah lainya

Tepian Kota Kepanjen



Areal persawahan di sebelah barat jembatan metro, desa talangagung, kepanjen sebagai pembatas antar desa maupun kabupaten Terlihat pada peta diatas terdapat batasan antar kawasan yang di batasi baik oleh jalur kereta api maupun aliran sungai. terlihat pula batasan antar blok kapling yang di pertegas oleh jalur-jalur kendaraan darat umum.
KAWASAN KEPANJEN


Dari peta kawasan dibawah dapat terlihat batasan-batasan wilayah ataupun penzoningan aktifitas dan fungsi bangunan sehingga terlihat jelas pola penyebaran aktifitas dan fungsi bangunan sebagai contoh area perdagangan selalu di daerah sepanjang jalan utama.






Beberapa bangunan pemerintahan dapat menjadi Landmark pusat pemerintahan di kota kepanjen di mana bangunan tersebut kebanyakan mmenggunakan arsitektur jawa (Joglo). Serta lokasi di tengah kota menjadikanlendmark atau dapan menjadi ciri khas kota kep[anjen sebagai salah satu kota di jawa.


Tugu jembatan metro dapat menjadi tugu selamat datang menuju kepanjen dari malang. Letaknya pun strategis di mana bertepatan dengan batas wilayah kedua kota. Lokasinya dekat dengan pemandian metro yang menjadi salah satu objek wisata di kepanjen.



Masjid Raya kepanjen dapat juga menjadi landmark kota kepanjen karena tempatnya sangat strategis tepat di pusat kota. Selain itu banguinan ini juga di bangun sangat megah, besar, dan tampak sangat berbeda dengan bangunan yang lain di sekitarnya.


== KEUNIKAN KOTA KEPANJEN ==



Salah satu keunikan di Kota kecil ini adalah banyakya warung kopi (hampir tiap gang / jalan ada warung kopinya) bahkan satu gang / jalan ada yang lebih dari 2 warung kopi. Komunitas anak muda disini banyak dijumpai di warung salah satu warung kopi. Coba saja jika anda datang ke kota ini, kira-kira habis maghrib,....hampir semua warung kopi punya langganan atau dengan kata lain mempunyai komnitas sendiri warung kopi yang terkenal pada jaman saya dulu ( tahun 1993 ).
Mak Ni yang berlokasi di Jn Penanggungan - Cak Padli yang berlokasi di Jl. Sawunggaling ( depan Masjid Jamik ) - Wak Ngadi lokasinya juga di Jl. Sawunggaling dean Masjid Jamik - Kojek Jl. Adi ..... ( orang menyebutnya kamung LOR ) depan makam pahlawan masuk ke timur - Gendut sebelah kanan gedung BCA Kepanjen
Saya perkirakan saat ini mungkin di seluruh Kepanjen ada sekitar 200 an warung kopi yang tersebar di wilayah tersebut. Tahukah anda bahwa kalau merokok anak-anak muda di Kota ini ycenderung rokoknya diolesi dengan KOPI KENTAL atau banyak disebut CETHE kalau tak percaya coba saja anda datang ke sana !
Keunikan lainnya adalah pasar makanan yang dibuka setiap hari mulai dari jam 3.30 - 12.00 atau subuh, disana ada berderet penjual bakso , pangsit, nasi goreng dsb ( jualannya antara pedagang yang satu dan pedagang lainnya sama )dan yang heran setiap hari mereka jualan pasti laku semua karena sudah punya langganan masing2.

Rabu, 21 Oktober 2009

Sejarah Kota Blitar


Sejarah

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran Tim Hari Jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Blitar yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Blitar Nomor 262 tahun 1988 tertanggal 31 Desember 1988, maka berdasarkan dokumen dan testamen yang ada, dapatlah diketahui bahwa penetapan hari jadi Kota Blitar adalah sebagai berikut.
Gemeente Blitar dibentuk berdasarkan Staatsblad van Nederlandsche Indie Nomor 150 tahun 1906 tertanggal 1 April 1906.
Jadi, tanggal 1 April 1906, merupakan penetapan berdirinya Gemeente Blitar yang dapat dipastikan kebenarannya, bahwa:
Wilayah ibukota (Kabupaten) Blitar, lewat Undang-Undang diputuskan menjadi Gemeente (Kotapraja) Blitar.
Gemeente (Kotapraja) Blitar, oleh pemerintah pusat setiap tahun diberikan subsidi sebesar 11.850 gulden.
Gemeente (Kotapraja) Blitar, dibebani kewajiban-kewajiban dan diberikan wewenang secara terperinci.
Bagi Gemeente (Kotapraja) Blitar, diadakan suatu dewan yang dinamakan “Dewan Kotapraja Blitar” dengan jumlah anggota 13 orang.
Undang-Undang pembentukan Kotapraja Blitar mulai berlaku tanggal 1 April 1906.

Jika memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan, maka selama perjalanan pemerintahan hingga saat ini Blitar telah mengalami perubahan status pemerintahan sebagai berikut.
Kota Blitar pertama dibentuk berdasarkan staatsblad tahun 1906 nomor 150 jo, staatsblad 497 tahun 1928 dengan nama Gemeente Blitar dengan luas wilayah 6,5 km² dan jumlah penduduk 35.000 jiwa;
Pada tahun 1928 Kota Blitar pernah menjadi kota karesidenan dengan nama Karesidenan Blitar, tetapi berdasarkan staatsblad nomor 497 tahun 1928 status Blitar dikembalikan lagi menjadi gemeente.
Pada zaman Jepang tahun 1942 berdasarkan Osamu Seerai dengan nama Blitar-Shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 45.000 jiwa.
Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1945 dengan nama Kota Blitar luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 45.000 jiwa.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 1950 dengan nama Blitar dibentuk sebagai daerah kota kecil.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 1957 dengan nama Kotapraja Blitar, luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 60.000 jiwa .
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965 ditetapkan dengan nama Kotamadya Blitar dengan luas wilayah 16,1 km² dan jumlah penduduk 73.142 jiwa.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1982, luas wilayah Kotamadya Blitar dimekarkan menjadi 3 kecamatan dengan 21 kelurahan. Perubahan ini mengakibatkan perluasan daerah dari 1 kecamatan (16,1 km²) menjadi 3 kecamatan (32,369 km²) dan pertambahan penduduk dari 106.500 jiwa (1982) menjadi 124.767 jiwa (2003).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 nama Kotamadya Blitar disesuaikan dan diganti dengan nama Kota Blitar.

(Sumber: Profil Kota Blitar, Bappeda Kota Blitar)

Pantai Serang Blitar


"Wisata Pantai Serang" merupakan sebuah wisata yang juga dapat menambah pendapatan daerah Kota Blitar tercinta. Pantai ini bila ditempuh sekitar kurang lebih 45 km dari kota Blitar. Alur jalan yang harus ditempuh, yaitu dari kota Blitar menuju ke arah Lodoyo sampai pertigaan sebelum pasar lodoyo belok ke kiri (arah timur) terus mengikuti jalan utama sampai ke desa serang kira-kira 55 menit perjalanan kalau santai. Setelah melewati pintu masuk kawasan wisata pantai serang ini, maka akan teman-teman jumpai kampung nelayan yang terletak kurang lebih 31 meter dari pantai. Bila teman-teman berjalan ke sebelah timur dan mendaki bukit yang tanjakannya lumayan sulit maka akan teman-teman jumpai tempat kapal nelayan yang sedang tersandar, disamping kiri teluk ini terdapat bukit karang biasanya untuk memancing ikan, jika teman-teman ingin memancing juga tidak apa-apa. Di daerah ini juga banyak terdapat lobster, tidak heran jika lobster disini harganya lebih murah dibanding daerah luar desa serang.

Dalam wilayah wisata pantai serang ini sesungguhnya terdapat tiga pantai, selain pantai utama yang bila tanggal 1 suro diadakan upacara larung, maka bila teman-teman menelusuri jalan setapak yang melewati bukit disebelah barat, disana teman-teman akan sampai pada pantai ke dua dengan pasir putih yang tidak terlalu luas bila dibandingkan dengan pantai yang pertama tadi. Dan bila perjalanan diteruskan lagi melewati jalan setapak ke arah barat setelah mendaki bukit yang tidak begitu sulit maka akan sampai pada pantai ke tiga yang sangat luas dan paling luas diantara pantai-pantai sebelumnya dengan hamparan pasir putih dengan jarak lebih dari 6 km. Zaman dahulu kala di sekitar pantai ini dipenuhi oleh batu batuan putih yang cantik sekali, para orang disana menyebutnya dengan batu Lintang karena model batunya yang putih berkilauan, akan tetapi saat ini batu-batuan tersebut berkurang karena dikira nilainya yang menggiurkan , maka batu-batuan itu dimanfaatkan sebagai batu bahan penghias taman-taman rumah mewah. Sesungguhnya sayang sekali karena mengurangi keindahan pantai. Teman-teman sekian saja artikel erdi tentang "Wisata Pantai Serang".

Monumen PETA Blitar


Dalam skala kota, Monumen PETA berada pada lokasi yang berdekatan dengan objek wisata lain di Kota Blitar, seperti Makam Bung Karno, Kebun Rakyat (Kebon Rojo), dan sebagainya. Sehingga, pengembangan kawasan dilakukan dengan memerhatikan potensi linkage terhadap objek wisata lain tersebut, sedangkan dalam skala kecil: skala lingkungan, Monumen PETA berseberangan dengan TMP dan Monumen Potlot pada bagian belakang TMP yang juga merupakan saksi sejarah perjuangan. Pengembangan wisata di kawasan PETA ini dapat dilakukan dengan meningkatkan karakter dan potensi objek, baik dari sisi kesejarahan maupun dari sisi lokasi.
Dengan demikian, potensi semangat perjuangan PETA menjadi dasar utama mengembangkan kawasan tersebut. Semangat perjuangan masa lalu yang berskala nasional dapat diwujudkan dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk memberikan informasi perjuangan pemuda masa penjajahan, maupun semangat perjuangan pemuda masa kini dengan menampung atau mewadahi kegiatan pemuda yang dinamis, kreatif, serta kompetitif di Kota Blitar.
Keberadaan objek patung Soeprijadi di lokasi dijadikan pusat orientasi tata ruang kawasan tersebut dan dapat dilengkapi dengan konfigurasi kegiatan perjuangan PETA lainnya sebagai pendukung.
Pengembangan kawasan wisata Monumen PETA sendiri tidak lepas dari usaha untuk melestarikan nilai-nilai budaya masa lampau yang telah lewat kegunaannya, namun memiliki arti penting bagi generasi selanjutnya.
Sehingga, di dalam menentukan arah pengembangan suatu kawasan yang dilestarikan, perlu adanya motivasi-motivasi terkait dengan tujuan dan sasaran pelestarian itu sendiri, antara lain: motivasi untuk mempertahankan warisan budaya atau warisan sejarah; motivasi untuk menjamin terwujudnya variasi dalam pembangunan perkotaan sebagai tuntutan aspek estetis dan variasi budaya masyarakat; motivasi ekonomis, yang menganggap bangunan-bangunan yang dilestarikan tersebut dapat meningkatkan nilainya jika dipelihara, sehingga memiliki nilai komersial yang digunakan sebagai modal lingkungan; serta motivasi simbol, bangunan-bangunan merupakan manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian dari kota.
Antara motivasi satu dengan yang lain, tidak dapat dilihat secara terpisah, melainkan saling terkait dan saling memperkuat antara satu dengan yang lain, untuk selanjutnya dikembangkan lebih mendetail.
Kemudian objek konservasi diklasifikasikan dalam kelompok sesuai dengan kedudukan, peran dan arti objek dalam lingkungannya sebagai pertimbangan terhadap prioritas pengembangan kawasan pelestarian.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka alternatif pengembangan kawasan wisata Monumen PETA, dapat diuraikan sebagai berikut: terkait dengan warisan sejarah perjuangan tentara PETA, dihadirkan fasilitas untuk mengumpulkan dan menyimpan warisan sejarah dalam bentuk Museum PETA, diorama perjuangan PETA, perpustakaan sejarah perjuangan, dan laboratorium perjuangan.
Terkait dengan simbol, di mana bangunan-bangunan merupakan manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu, dalam hal ini terkait dengan perjuangan pemuda yang terlibat dalam pemberontakan tentara PETA, dihadirkan fasilitas-fasilitas yang terkait dengan kegiatan kepemudaan, sehingga kawasan wisata Monumen PETA secara konsepsional akan menjadi sebuah 'Pusat Kegiatan Pemuda' Kota Blitar.
Terkait dengan faktor ekonomis, bahwa bangunan-bangunan yang dilestarikan tersebut dapat meningkatkan nilainya jika dipelihara, sehingga memiliki nilai komersial, maka menjadikan kompleks Monumen PETA menjadi kawasan wisata sejarah, dan menyediakan fasilitas penginapan dalam bentuk guest house atau Wisma Pemuda bagi para pengunjung luar kota yang melakukan kegiatan di Blitar, terutama terkait dengan kegiatan kepemudaan.
Serta terkait dengan terwujudnya variasi dalam pembangunan perkotaan sebagai tuntutan aspek estetis dan variasi budaya masyarakat, akan memelihara dan mengembangkan estetika arsitektur yang ada, yaitu ragam arsitektur kolonial Belanda sebagai konsep dasar perencanaan dan perancangan pengembangan kawasan.
Sehingga, nantinya di dalam pengembangan kawasan Monumen PETA, akan ditemui fasilitas kegiatan yang terkait dengan wisata sejarah; Pusat Kegiatan Pemuda Kota Blitar, dengan fasilitas penunjang kegiatan kepemudaan seperti keorganisasian, olah raga dan kesenian di ruang terbuka dan tertutup; serta fasilitas yang terkait dengan fasilitas penginapan.
Dalam penyelesaian terhadap pelbagai fasilitas kegiatan yang direncanakan, dan dalam usaha pelayanan terhadap pengunjung maupun pengelola kawasan, eksisting fisik kawasan dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona yang nantinya merupakan pengelompokan dari fasilitas-fasilitas yang direncanakan.
Fungsi zoning untuk lebih memudahkan dalam menjabarkan secara kelompok atas fasilitas kegiatan yang sejenis. Zoning tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kelompok: zona entrance atau ruang penerima; zona wisata sejarah; zona kegiatan kepemudaan; zona hunian dan fasilitas penginapan. Zoning tersebut selain digunakan sebagai landasan dalam pengembangan fasilitas dan kegiatan, juga sebagai pengarah dan penentu bagi siapa saja yang bisa mengakses ke dalamnya.

STASIUN KOTA BLITAR



Stasiun Kereta Api Kota Blitar berada di Jl. Mastrip, Kelurahan Kepanjenkidul, Kecamatan Kepanjenkidul
Kota Blitar. Adapun jurusan yang dilayani melalui angkutan kereta api di stasiun KA Kota Blitar antara lain
jurusan Blitar Jakarta, Blitar Surabaya lewat Malang dan Blitar Surabaya lewat kediri. Rata-rata perjalanan
kereta api mlalui stasiun Kota Blitar 2 kali perjalanan.

ALUN ALUN KOTA BLITAR




Tanah lapang tempat kumpul para pejabat permerintahan dan warga. Alun-alun berasal dari kata alaon alaon(bahasa arab)yg berarti bermacam-macam. Di alun-alun tempat kumpul penduduk dalam keragaman ini pemerintah menyamakan langkah untuk maju membangun negeri
Pusat kotanya ditandai dengan pohon beringin yang besar di alun-alun dan di sepanjang jalan Merdeka adalah pertokoan (pecinan).

ISTANA GEBANG



Cerita mengenai akan dijualnya rumah Bung Karno masa kecil "Istana Gebang" di Blitar, yang menjadi salah satu Benda Cagar Budaya, oleh ahli waris Bung Karno menghiasi beberapa media elektronik dan media cetak beberapa waktu yang lalu.

Expose yang besar-besaran ini bagi sebagian pihak merupakan berita yang mengejutkan karena melihat sisi faktor sejarah yang tak ternilai yang terkandung dalam "Ndalem Gebang" kalau sampai jatuh ke tangan asing, tetapi sebagian yang lain terutama yang sudah lama bergelut dengan seluk beluk percagarbudayaan mungkin ini menjadi berita yang biasa-biasa saja kalau tidak mau dikatakan sudah sangat biasa.

Pemerintah Kota Blitar memang bereaksi untuk mempertahankan dengan berusaha untuk membeli agar "Ndalem Gebang" tidak jatuh ke tangan investor asing, konon kabarnya berita yang beredar ada pengusaha Malaysia sudah meliriknya, (karena hal inilah yang menjadikan pemerintah daerah bereaksi, mungkin ceritanya akan menjadi lain kalau diketahui yang ingin mengambil alih adalah pengusaha pribumi).

Demikian juga dengan reaksi Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga yang menggandeng beberapa artis mencoba menggalang simpati dan dana untuk mempertahankan asset tak ternilai itu. Kita memang selalu reaktif terhadap keberadaan Benda Cagar Budaya ketika menjadi sebuah kasus atau peristiwa, tetapi tidak pernah preventif apalagi responsive ketika Benda Cagar Budaya tidak mengundang berita.

Suadah berapa banyak "Benda Cagar Budaya" yang hanya menjadi berita ketika sudah berganti kepemilikan. Hanya untuk Benda Cagar Budaya yang telah muncul dan mendunia seperti Borobudur, Prambanan, atau situs Sangiran atau yang lain yang terekam dalam ingatan pemerintah.

Kalau kita mau menengok sebentar beberapa ‘kasus' ketidakberdayaan Benda Cagar Budaya ketika terbentur dengar kepentingan yang bersifat lebih ekonomis. Belum hilang dalam benak kita beberapa waktu yang lalu, bagaimana nasionalisme kita bergolak tatkala mendadak sontak lagu "Rasa Sayange" dan "Reog" diakui Malaysia sebagai cikal bakal budaya yang berasal dari negeri jiran tersebut.

Muncul demonstrasi-demontrasi yang mengatasnamakan rakyat yang peduli budaya ke Kedubes Malaysia untuk mencabut pengakuan tersebut. Sebelumnya dengan tutupnya Museum Adam Malik yang tidak terekspose di media, tergusurnya beberapa lokasi situs bersejarah untuk kepentingan ekonomis dan tak kalah heboh adalah hilangnya beberapa koleksi di Museum Radyo Pustaka di Solo, seakan menambah deretan tragedi yang harus diterima oleh keberadaan Benda Cagar Budaya di Indonesia. Melihat dari peristiwa beberapa tahun ke belakang, simpati dan dukungan yang bersifat parsial dan sedikit emosional seperti yang dilakukan oleh Pemkot Blitar dan Menegpora untuk ‘Istana Gebang" hanya akan menjadi obat sesaat dan tidak akan menjadi solusi bagi masalah Benda Cagar Budaya lain di seluruh Indonesia. Padahal yang diperlukan untuk penanganan Bencana Cagar Budaya adalah sebuah konsep pelestarian Benda Cagar Budaya berkesinambungan dan melibatkan banyak pihak. Dan celakanya konsep itu masuk katagori yang secara materi ekonomis tidak akan mendatangkan keuntungan.

Tetapi kalau tidak dimulai oleh pemerintah daerah maupun pusat dari sekarang, maka hanya dalam hitungan belasan tahun akan tambah deretan pengelola Benda Cagar Budaya akan antre untuk mengambil nomor untuk tutup atau mengibarkan bendera putih dan ujung-ujungnya hanya investor asinglah yang merasa berkepentingan untuk berinvestasi.

PERPUTAKAAN DAN MUSEUM BUNG KARNO



Perpustakaan bertaraf Internasional ini terletak disebelah selatan menyatu dengan kompleks Makam Bung karno yaitu di Jalan Kalasan no. 1 Blitar. Perpustakaan Proklamator BK dikelola oleh Perpustakaan Nasional RI melalui UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno (PPBK) di Kota Blitar. Disamping bangunan Perpustakaan, PPBK ini diisi dengan 2 karya seni, yang berupa Patung Bung Karno yang terletak di tengah gedung A lantai 1, serta dinding relief berisi perjalanan hidup Bung Karno yang membentang di pinggir kolam dari arah perpustakaan ke arah makam. Relief itu akan bercerita tentang Bung Karno di masa muda, di masa perjuangan, serta di masa tuanya. Kehadiran Perpustakaan Proklamator Bung Karno di Kota Blitar merupakan icon yang strategis, selain menambah sumberdaya yang ada di Kota Blitar juga strategis didalam rangkaian mewujudkan nation and character building Indonesia. Fungsi Perpustakaan Proklamator Bung Karno sebagai pusat studi nantinya akan memberikan sumbangan pada pembangunan manusia Indonesia, dengan kontribusi berupa “wisdom of the past” yang digali dari gagasan Bung Karno, dari hasil kajian pada umumnya.

MAKAM BUNG KARNO



Kompleks makam Bung Karno sebelumnya merupakan satu kompleks dengan arsitektur khas Jawa yaitu bangunan joglo. Sejak 2004 telah ditambahkan bangunan baru yang menjadi satu kompleks dengan makam Bung Karno tersebut. Tim arsitek bangunan baru diketuai oleh Pak Pribadi Widodo dan Pak Baskoro Tedjo dari ITB. Sejak kami memasuki area makam ini, sebuah bangunan disamping makam menarik perhatian kami (sumber : berbagai sumber)

GEDUNG SPG BLITAR



Ide mendirikan TGP oleh sekelompok pelajar pejuang SMTT sebenarnya sudah ada sejak di asrama Sumberwaras Lawang sampai di Mes jalan Ringgit Malang.Peristiwa ini sekaligus juga dimanfaatkan untuk pendaftaran mereka yang berminat menjadi anggota pasukan pelajar pejuang yang baru, Tentara Genie pelajar. Pembentukan satuan baru ini diawali dengan acara pendidikan dan latihan, baik dalam Dasar-dasar Militer sekaligus juga spesialisasi tugas Genie, diselenggarakan selama dua minggu di Ksatrian Rampal Malang. Bersamaan dengan itu juga dilakukan aksi “kampanye” anjuran untuk membentuk satuan TGP dan bergabung dengan TGP Malang. Sedangkan latihan dasar kemiliteran dilatih oleh para pelatih dari Sekolah Kadet Angkatan Laut Malang.

Bangunan-bangunan Khas Kota Blitar


Nama Candi Penataran kiranya tidak asing lagi kedengarannya di telinga kita terutama bagi masyarakat Jawa Timur. Nama tersebut sudah begitu lekat dan akrab sehingga tidak jarang digunakan orang sebagai mana jalan, toko, depot, dan nama badan - badan usaha lainnya. Orang mempergunakan nama “ Candi Penataran” (yang kadang tanpa kata “candi” di depannya) barangkali di dorong oleh rasa kagum akan masa gemilang yang pernah dicapai oleh nenk moyang kita di masa lalu, sisa-sisa bekas kegemilangan itu masih dapat kita saksikan peninggalannya sampai sekarang. Dengan menggunakan nama ini diharapkan dapat membawa sukses besar pada pemakainya disamping untuk melestarikan nama yang mempunya nilai historis itu. Penggunaan nama Candi Penataran itu memang tidak salah pilih walaupun bagi Shakespeare tidak pernah ambil peduli apakah arti sebuah nama.
Candi Penataran yang terletak di sebelah utara Blitar adalah satu-satunya komplek percandian terluas di kawasan Jawa Timur, hampir sepanjang hari tidak pernah sepi pengunjung. Menurut catatan jumlah pengunjung umum rata-rata dalam satu bulan sekitar 20.000 sampai 25.000 orang, suatu jumlah yang tidak dapat dikatakan kecil sementara jumlah pengunjung candi-candi yang lain rata-rata dalam satu bulan sekitar 5.000 orang saja. Wisatawan - wisatawan asing yang datang di Jawa Timur dalam kunjungannya ke Blitartidak lupa menyempatkan diri berkunjung ke Candi Penataran. Kekunaan ini paling banyak di tulis orang, sumber inspirasi bagi para seniman, lahan yang lumayan bagi para penjaja makanan dan barang - barang cindera manta.
Sebagai suaka budaya yang dilundungi undang-undang, Candi Penataran tergolong dalam monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi dengan agama atau kepercayaan yang hidup dewasa ini. Bangunan percandiaan tidak lagi berfungsi sebagaimana sewaktu dibangun semula. Kontak yang terjadi antara pengunjung dan kekunaan adalah dalam rangka penikmatan seni dan budaya serta ilmu pengetahuaan. Candi tidak lagi sebagai tempat untuk ibadah dan bukan tempat semedi atau meditasi. Pemugaran-pemugaran candi yang telah memdapat perhatian pemerintah sejak Pelita II adalah dalam Rangka menyelamatkan bangunan dari kerusakan yang lebih fatal bukan untuk menghidupkan kembali tradisi lama.
Apabila karena sesuatu hal sebuah candi atau monument runtuh berarti kita telah kehilangan bukti sejarah yang autentik, kehilangan tersebut tidak akan dapat diganti oleh yang lain untuk selama-lamanya. Kini 500 tahun lebih telah berlalu, komplek percandian Penataran masih tegak berdiri di tempat semula dengan penuh keanggunan dan kemegahan siap menanti kunjungan anda setiap saat